Sabtu, 22 Juni 2013

Kreativitas Bisa Dibentuk dan Dikembangkan


Berbicara mengenai kreativitas, memang banyak di antara kita yang sering berpikir bahwa kreativitas itu hanya dimiliki oleh segelintir manusia yang terlahir dengan bakat luar biasa. Seringkali kita menganggap kreativitas hanya dimiliki orang yang memiliki profesi tertentu, seperti seniman, penemu dan penulis. Tapi menurut Ken Robinson, dalam Out of Our Minds : Learning to be Creative (2nd Edition, 2011), pandangan seperti ini keliru. Kreativitas adalah daya cipta, yang hadir ketika kita menggunakan imajinasi untuk membuat sesuatu yang melampaui apa yang bisa dilihat dan dirasakan secara langsung. Suatu kreativitas terjadi ketika kita tidak sekadar meniru ataupun mengikuti prosedur. Dari kacamata ini, semua orang bisa memiliki bakat untuk menjadi kreatif.

Harus kita akui memang para seniman, penemu dan penulis adalah orang yang kreatif, namun kreativitas dapat kita temui pula di berbagai bidang yang lain. Contohnya, orang tua yang kehabisan bahan masakan yang biasa dibuat hingga terpaksa membuat menu baru bagi anaknya, seorang peneliti media yang membuat angket untuk menangkap keinginan dan kebutuhan pembaca akan berita, seorang guru yang merombak rencana pengajarannya karena ingin menggunakan aplikasi online yang baru ia temukan, seorang montir yang menggunakan alat seadanya untuk menghidupkan mesin motor yang mogok, bahkan seorang manajer yang merancang ulang posisi meja kursi kantor untuk membuat karyawannya menjadi lebih seing berdiskusi. Menurut Robinson, contoh-contoh tadi adalah perwujudan dari kreativitas.
 
Sebagai potensi yang dimiliki tiap orang, Kreativitas memiliki dua sisi. Yang pertama, kemampuan untuk melihat dari sudut yang berbeda, untuk membayangkan sesuatu yang belum ada, dan untuk memunculkan gagasan yang segar. Sisi pertama ini lebih sering diartikan sebagai kreativitas. Sisi ini kadang juga terasosiasi dengan gambaran negatif (destruktif) tentang kreativitas. Sebagai misal, kelas yang menekankan kreativitas akan penuh dengan siswa yang mencoret tembok dan merusak properti. Siswa yang kreatif cenderung sulit fokus pada pelajaran sekolah dan tidak mau taat pada aturan. Inilah gambaran yang keliru.
 
Sedangkan sisi kedua dari kreativitas adalah kemauan untuk fokus pada penciptaan dan perbaikan sebuah karya. Proses ini memerlukan pengetahuan dan penalaran kritis untuk mengevaluasi kelebihan dan kekurangan dari berbagai keputusan yang hendak diambil dalam berkarya. Kata Robinson, “Creativity is not only about letting go, it’s about holding on”. Dengan kata lain, kreativitas membutuhkan pengetahuan yang mendalam. Sebagai contoh, seorang koki perlu pengetahuan mengenai bahan makanan, alat-alat memasak, dan pengaruh proses terhadap rasa dan kenampakan bahan. Seorang pelukis perlu pengetahuan mengenai bentuk, komposisi, warna, karakter kanvas dan cat, serta elemen-elemen desain serta alat seni lainnya.
 
Poin penting dari pandangan ini adalah kreativitas dapat dibentuk dan dikembangkan. Kita bisa belajar menjadi lebih kreatif, mengasah kemampuan berpikir dari sudut yang berbeda, dan memperdalam pengetahuan yang diperlukan untuk menciptakan sesuatu. Namun pada poin ini kreativitas dapat dikerdilkan atau bahkan dimatikan. Sayang, menurut Robinson kemungkinan kedua inilah yang lebih sering terjadi. Sebagai contoh, sekolah menuntut siswa lebih sering mengikuti prosedur ketimbang berpikir mandiri. Soal matematika harus dipecahkan dengan cara yang diajarkan oleh guru. Eksperimen Sains harus mengikuti langkah yang tertulis di buku. Pelajaran bahasa banyak mengajarkan tentang tata bahasa, bukan sebagai bahan kajian melainkan rumus yang harus ditaati. Sejarah dan ilmu sosial disajikan sebagai rangkaian nama, peristiwa, dan tanggal yang harus dihafalkan. Untuk semua mata pelajaran ada tes standar yang mengajarkan siswa bahwa benar dan selalu jelas batasnya, dan batas itu ditentukan oleh guru.
 
Sehingga dari uraian di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa kreativitas memang bisa dibentuk dari awal dan dikembangkan pada akhirnya. Jadi mulai dari sekarang, mari kita biasakan berpikir bahwa setiap orang memiliki bakat kreativitas yang berbeda, dan memiliki cara tersendiri untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kita bisa sukses dan lancar dalam mengaplikasikan kreativitas.

Tidak ada komentar: