Kamis, 20 Juni 2013

Hadits tentang Niat

Dalam kitab ”Arbain Nawawi” karya Imam Yahya Syarifuddin An-Nawawi, terdapat hadits pertama yang membahas pentingnya niat dibarengi dengan perbuatan yang akan kita lakukan, yakni sebagai berikut :

عَنْ أمِيْرِ الْمُؤْمِنِين أَبِي حَفْصٍ عُمَرَ ابْن الخَطّاب رَضِيَ اللهُ عَنْه قَالَ سَمِعْتُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلّم يَقُولُ : إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِءٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ اِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ اِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ. وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا اَوِامْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ  اِلَى مَا هَاجَرَ اِلَيْهِ. [رواه امام الحديثين ابو عبد الله محمّد ابن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاريّ وابوالحسين مسلم بن الحجّاج بن مسلم القشيريّ النّيسابوري في صحيحيهما الّذين هما اصحّ الكتب المصنّفة]

Artinya :

Diriwayatkan dari Amirul Mukminin Abu Khafshah Umar bin Khattab RA, ia berkata : Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya, dan segala sesuatu bergantung pada apa yang telah diniatinya. Maka barangsiapa yang hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ia cari atau perempuan yang akan dinikahinya, maka hijrahnya (adalah) menuju apa yang ia tuju tersebut (Dunia yang dicari/ Perempuan yang akan dinikahi)”. [HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim]

Jadi dari hadits ini kita bisa memahami bahwa niat memegang peran penting dalam kehidupan kita. Karena tanpa niat, segala sesuatu menjadi tidak bermakna. Sebagai contoh, pekerjaan adalah salah satu contoh hal duniawi, namun bisa menjadi hal ukhrawi dan berpahala jika diniati sebagai ibadah untuk kepada Allah, seperti diniati untuk menafkahi keluarga, membantu orang tua, dan sebagainya. Sebaliknya, hal ukhrawi akan menjadi hal duniawi dan tidak berpahala jika diniati untuk hal-hal duniawi. Sebagai contohnya, Shalat merupakan salah satu hal ukhrawi, namun jika diniati hanya untuk pamer, mencari perhatian, maka shalat tersebut menjadi hal duniawi dan tidak berpahala.

Bagaimana sikap kita mengatasi masalah ini? Harus kita akui bahwa niat itu memang bukan sesuatu yang mudah untuk ditata dengan baik, karena niat merupakan suatu hal yang abstrak dan tidak ada yang mengetahui kecuali Allah dan orang yang melakukannya sendiri. Namun kita harus berusaha melatih diri untuk melakukan niat yang baik dan benar. Ambil contoh, sedekah, mungkin bagi kita cukup sulit untuk diniati secara tulus, maka kita harus coba terus menerus untuk selalu bersedekah secara konsisten. Mulai dari 1000, 2000, 10000, 50000, hingga sebesar yang kita mampu. Insya Allah nanti kita akan menyadari bahwa sedekah itu sangat penting untuk membantu orang lain, sehingga kita akan semakin tulus dalam bersedekah. Karena sebenarnya apa yang kita miliki di dunia ini hanyalah milik Allah semata. Apa yang kita banggakan jika kita tidak memiliki niat yang baik? Tentu kita akan malu jika di hari akhir kelak kita tidak bisa melakukan apa-apa yang baik di dunia yang fana ini. Semoga kita termasuk orang yang selalu melakukan niat yang baik.

Demikianlah yang dapat saya tulis pada blog ini. Jika ada saran, kritik, dan pertanyaan, silahkan berikan komentar anda. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar: